Powered By Blogger

SETUJUKAH GUBERNUR KE BAWAH DIPILIH DPRD

belajar sadar diri terhadap aturan hukum Tuhan m,aupun Negara

Kamis, 10 Januari 2013


Nafsu manusia
Kategori:
Lainnya
Nafsu adalah suatu keinginan manusia yang tersirat di dalam pikirannya untuk melakukan suatu tindakan yang selaras dengan kehendaknya.
Nafsu ada yang baik dan buruk. Nafsu yang baik adalah nafsu yang telah tunduk dan taat pada perintah Allah SWT. Sedangkan nafsu buruk merupakan nafsu yang masih sulit mengikuti perintah dari Allah SWT. Nafsu baik telah terdidik melalui berbagai macam proses, dan perlawanan terhadap nafsu. Agar mau mengikuti aturan-aturan Allah SWT. Bila manusia tidak mampu mengendalikan nafsu maka ia akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri. Dan akan merusak keimanan seorang hamba.
Begitupun, nafsu tidak dapat dibuang karena ia bagian dari diri. Nafsu sangat diperlukan dalam melangsungkan kehidupan ini dan meraih kebahagiaan dunia akhirat. Di dalam Al Qur’an, Allah telah berfirman QS. Yusuf : 53, “Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat Tuhanku.”
Dengan demikian sikap terhadap nafsu adalah mengendalikan nafsu dan mensucikan diri. Untuk itu perlu mengetahui jenis-jenis nafsu agar dapat melatih dan mengendalikan nafsu dengan baik. Hal ini tercantum di dalam QS. Al A’laa : 14-15
Ada tujuh tingkatan di dalam nafsu,antara lain :
1. Nafsu amarah

Nafsu amarah adalah suatu dorongan batin untuk berbuat tidak baik. Nafsu amarah disebut juga nafsu binatang.Nafsu ini di dalam diri manusia selalu mengajak untuk berangan-angan.jika nafsu ini telah menguasai akal dan pikiran manusia, maka perilakunya akan condong kepada perilaku makan, minum, tidur, bersenggama dan tempat yang serba berlebihan, tidak islami. Dan hubbud dun-ya wakarahatul maut ( cinta dunia dan takut mati).
Di dalam QS. Al-Imran :14 Allah berfirman : “ Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.
Makan dan minum sebenarnya tidak dilarang oleh Allah, melainkan tidak berlebihan didalamnya. Hal ini dijelaskan di dalam QS. Al-A’raaf :31, “ Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”.

Nafsu amarah ini merupakan tingkatan nafsu yang memiliki martabat yang paling rendah di sisi Allah.

Imam ghazali di dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, bahwa nafsu ada 2 yaitu:
a. Nafsu bahimiyyah (binatang ternak)
Nafsu ini identik dengan binatang ternak dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya.
b. Nafsu sabu’iyyah (binatang buas)
Nafsu yang sifatnya seperti binatang buas di dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya.Seseorang yang jalan pikirannya telah dikuasai oleh nafsu ini umumnya memiliki tabiat yang suka dengan sodok sana sodok sini saat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di dalam jiwa setiap manusia telah memiliki nafsu amarah bahimiyyah maupun sabu’iyyah, namun frekuensinya yang berbeda. Untuk itu perlu adanya upaya pengendalian terhadap ruang gerak nafsu amarah itu sangat diperlukan, sebagai ikhtiar didalam pencapaian mulianya suatu rohani.

Allah telah menurun Al-Qur’an sebagai penawar terhadap penyakit apa saja. Sebagaimana firman Allah di dalam QS.Al-Isra:82, “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”

Berdasarkan ayat tersebut maka nafsu amarah ini memiliki penawar yang meliputi tiga tahapan, antara lain:
a. Ilmu Ma’rifah
Dalam hal ini perlu belajar mendalami mengenai ilmu tentang seputar aib nafsu.
b. Dzikrullah yang kontinyu
Melalui dzikrullah,seseorang itu akan menjadi tenang jiwanya, karena jiwanya dalam keadaan bersih dari kotoran maksiat. Hal ini terdapat di dalam QS.AR-Ruum :32
c. Mujahadah
Yaitu suatu penawar dalam memerangi nafsu dengan cara menghindari segala bentuk kemaksiatan lahir maupun batin.

Ketiga tahapan ini saling berkaitan, karena seseorang tidak dapat mencapai kebersihan hanya melalui zikir namun perlu juga melakukan tahapan2 yang lainnya antara lain ilmu ma’rifat dan mujahadah. Agar dapat mengendalikan nafsu amarah di dalam jiwa.

2. Nafsu lawwamah
Nafsu lawwamah merupakan nafsu yang lebih baik dibandingkan dengan nafsu amarah. Karena orang yang memiliki nafsu lawwamah telah dapat mengkritik dirinya sendiri. Ketika ia melakukan kesalahan ia suara hatinya akan menegurnya hingga ia segera sadar dan akan kembali di jalan yang lurus. Orang yang berada di tingkat nafsu ini belum istiqomah dalam berbuat kebaikan. Sulit baginya dalam membuat keputusan untuk berbuat kebaikan. Belum memiliki kekuatan yang tangguh untuk meninggalkan kemaksiatan, dia bisa melakukan kejahatan lagi sesudah ia berbuat baik. Hati mendekat pada nafsu lawwamah lebih banyak menggunakan perasaan dari akal dan cenderung kepada ego. Secara tidak langsung menjauhi nafsu mulhamah.
Pada nafsu lawwamah memliki sifat-sifat antara lain:pemarah, ghibah, suka memfitnah, hasud, ujub, cinta dunia, cinta harta dan cinta kedudukan. Jiwa manusia yang telah dipengaruhi nafsu lawwamah akan mempengaruhi akal kemudian ke perkataan yang dusta, mengingkari janji, menghianati amanat dan senang bermusuhan dengan orang lain. Manusia yang memiliki nafsu lawwamah memiliki ciri yang sama dengan perbuatan setan. Di dalam QS. An-nisa : 60, Allah telah berfirman :”Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.”
Allah juga berfirman di dalam QS;Al-An’am : 112, “Dan demikian kami jadikan tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
Hanya orang-orang yang beriman yang menjadikan setan-setan itu sebagai musuh. Dan tidak memberikan kesempatan kepada setan untuk masuk maupun singgah di dalam jiwa manusia beriman. Hal ini telah di firmankan oleh Allah SWT di dalam QS. Faathir : 6, “ Sesungguhnya setan itu adalah musub bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak segolongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

3. Nafsu Mulhamah
Orang yang memiliki nafsu mulhamah dalam berbuat kebaikan masih terasa berat. Hatinya cenderung rindu dengan perbuatan maksiat, tetapi orang tersebut dapat melawan dengan mengingat akan kenikmatan di syurga. Namun perlawanan yang dilakukan belum kuat. Sifat yang dimiliki oleh nafsu mulhamah yaitu merasa puas dan senang tatkala menghadapi pujian. Disamping itu ibadahnya belum khusyuk. Untuk mengatasinya musti mengamalkan zikir-zikir dan wirid-wirid. Dengan demikian orang yang berada di tingkat nafsu mulhamah seakan-akan Allah selalu mengawasinya. Hal ini terjadi bila ia melakukannya karena Allah bukan orang lain. Hingga orang tersebut akan istiqomah berada di jalan Allah.

4. Nafsu Muthmainnah
Nafsu ini sudah masuk kedalam tahap tertinggi. Orang yang memiliki nafsu muthmainnah memiliki jiwa yang tenang, tentram. Nafsu ini sudah mendapat rahmat dari Allah SWT, sebagaimana firmanNya, QS : Al-Fajr :27-28, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya.” Sifat orang-orang yang memiliki nafsu muthmainnah, dia senantiasa rindu dengan Allah, takut akan dosa, sabar dengan ujian dari Allah SWT kepada dirinya. Senantiasa menunggu waktu untuk beribadah kepada Allah.

5. Nafsu Radhiah
Orang yang berada pada posisi nafsu radhiah, jiwanya telah reda terhadap apa saja yang Allah takdirkan kepadanya. Ia terhibur mendapat ujian dari Allah dan baginya itu adalah sebuah hadiah dari Allah. Apabila orang menghinanya, ia berterima kasih kepada Allah dan ia merasa bahagia. Orang yang memiliki nafsu radhiah ini sudah menjadi malaikat.

6. Nafsu Mardhiah
Orang yang berada di posisi ini apa saja yang mereka lakukan telah mendapat keredhaan Allah SWT.

7. Nafsu Kamilah
Tingkat nafsu ini merupakan tingkat ke tujuh, untuk manusia biasa tidak sampai pada nafsu ini. Ini hanya untuk para nabi dan rasul.
Wallahu a’alam bish-shawab
Sumber Kitab Siroju Tholibin


























7 Jenis Nafsu Dalam Islam
Posted by dykapede on Jun 5, 2011 in Opini | 2 comments
http://blogerbenteng.com/wp-content/uploads/2011/06/Nafsu.jpgNafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya. Kecondongan ini secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka. Sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut.Nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut. Sebagaimana rasa emosional mencegahnya dari hal-hal yang menyakitinya.
Maka dari itu tidak boleh mencela nafsu secara mutlak dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya.
Sehubungan manusia selalu diuji dengan hawa nafsu, tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak, maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka diperintahkan untuk mengangkat seluruh hawa nafsu kepada agama dan akal sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam tersebut.http://dykapede.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif
Ada 7 jenis nafsu dalam islam dan berikut kilasannya :
  1. Nasfu Amarah
    • adalah nafsu yang berbangga apabila membuat sesuatu kemungkaran.
    • mereka adalah dari golongan yang bermaksiat di mata dan di hatinya.
  2. Nafsu Lawamah
    • adalah nafsu yang menyadari apabila melakukan suatu kemungkaran.
    • golongan ini beramal tetapi masih ada riya, hasut, dengki dan sebagainya.
    • nafsu mereka tetap dilakukan walau mereka tahu itu salah.
  3. Nafsu Marhamah
    • adalah nafsu yang telah dapat membuang sifat tercela.
    • walaupun begitu, mereka masih mengkritik diri sendiri.
  4. Nafsu Mutmainah
    • adalah nafsu yang lemah lembut.
    • mereka mendapat ketenangan dan menghilangkan gelisah di jiwa.
    • mereka adalah orang yang sholeh.
  5. Nafsu Raudiah
    • adalah nafsu yang berusaha untuk melatih diri untuk mencintai Allah sepenuhnya..
    • mereka bergaul dengan orang banyak tetapi hatinya semata-mata hanya kepada Allah.
  6. Nafsu Kamaliah
    • adalah nafsu yang sempurna, nafsu yang hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul.
  7. Nafsu Mardiah
    • adalah nafsu yang terbaik dan yang paling dicintai dan nafsu yang paling di ridhai Allah. Keridhaan tersebut terlihat pada anugrah yang diberikan-Nya berupa senantiasa berdzikir, ikhlas, mempunyai karomah, dan memperoleh kemuliaan, sementara kemuliaan yang diberikan Allah SWT itu bersifat universal, artinya jika Allah memuliakannya, siapa pun tidak akan bisa menghinakannya, demikian pula sebaliknya orang yang dihinakan oleh Allah SWT, siapa pun tidak bisa memuliakannya.
Itulah kilasan tentang 7 jenis nafsu di dalam islam, kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T dan tidak ada dalam diri manusia, akan tetapi kita memiliki akal dan pikiran yang dapat memilih serta memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Semoga kita selalu mendapatkan perlindungan dan petunjuk Allah S.W.T untuk selalu melawan hawa nafsu baik dunia dan akhirat agar senantiasa selalu mendapatkan keridhoan  dalam  perjalanan kehidupan sehari-hari. Amin













Tidak ada komentar:

Posting Komentar