Powered By Blogger

SETUJUKAH GUBERNUR KE BAWAH DIPILIH DPRD

belajar sadar diri terhadap aturan hukum Tuhan m,aupun Negara

Kamis, 08 Maret 2012

duniamenipuku

Dunia yang penuh bayangan indah

Kenikmatan dunia, hanyalah Bayangan semu, seperti telah kami ungkapkan dulu, ketika masih SD, melihat kakak SMP, hebat dst, setelah SMP betapa hebatnya sekolah di SMA dst, setelah SMA hebat dst Kuliyah , betapa enaknya bila sudah kerja, ternyta tidak enak jua.....

Seakan minum miras, itu membuat mereka berada di syurga, namun fakta yang berbicara, telah sering saling terjadi bertengkar meskipun meskipun sesama teman habis meminumnya, banyak sopir bertabrakan sehingga banyak mayat karenanya, ...

Maka sadarlah..............berfikirlah....................

Slogan diatas sering kita dengar, tetapi kadang diri kita sendiri tidak menyadari apa makna dan substansi dari kalimat tersebut. Secara bahasa, hubb al-dunya adalah mencintai harta benda, adapun secara istilah yaitu mencintai harta benda yang diangap mulia, tidak tahu di akhirat menjadi sia-sia . Seiring dengan perkataan ulama:
اَلدُّنْيَا كُلُّ مَا لاَ يَنْفَعُ فِى الأَخِرَةِ
“Dunia adalah sesuatu yang tidak akan membawa manfaat di akhirat”.
Dalam kitabnya: Abyanal Hawaaij : V, Syeh Ahmad Rifa’I menuliskan batasan pengertian hubb al-dunya sebagai berikut :
Hubb al-dunya adalah sikap mencintai kehidupan dunia dengan melalaikan atau mengesampingkan kehidupan di akhirat kelak. Perwujudan yang menonjol dari sifat ini adalah sikap mencintai harta benda dengan melupakan kesadaran bahwa harta benda tidak akan bermanfaat di alam akhirat. Sikap mencintai dunia cenderung menjadi penyebab timbulnya kesalahan dan sikap melupakan Allah, sebagaimana dalam kitab beliau yang lain dijelaskan: Orang yang cinta dunia (harta) menjadi sebab banyak kesalahan karena menjadi sebab banyak lupa kepada Allah SWT . Penjelasan Syeh Ahmad Rifa’I ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ
" Cinta dunia adalah pangkal segala malapetaka "
Penjelasan mengenai makalah di atas, sayangnya seringkali tanpa sadar masih kita amalkan. Nah, bahwa sumber malapetaka di negeri ini bermuara kepada cinta dunia yang berlebihan, termasuk dalam soal korupsi (corruption) ini. Jadi, karena kedua persoalan di kepentingan politik dan ekonomi saja, melainkan kepentingan duniawi sudah masuk mempengaruhi akal fikirannya. Sebagai contoh kalau ada orang berkelahi, coba cari sumbernya, tentu kepentingan. Orang Islam dengan orang Islam berkelahi, itu tidak mungkin berebut surga, tapi sumbernya adalah kepentingan.
Kita semua, dari para ulama pendahulu kita diajarkan bahwa dunia ini hanya sekedar wasilah, bukan ghayah (tujuan). Bahwa hidup di dunia ini ibarat sekedar singgah untuk minum. Kalau dalam fikirannya membawa satu keyakinan bahwa segalanya dunia, al-Quran dibaca beribu kali itu pun tidak akan berpengaruh, apalagi al-Quran hanya dagingnya saja (difahami sebagai simbolik saja). Dzikir atau istighatsah, Mujahadah tidak akan ada gunanya kalau cuma daging saja. Karena itu, seperti apa yang kita ketahui, bahwa sumber dari segala sumber itu adalah konsep dunianya kita sudah berubah jauh. Di bawah sadar, diam-diam kita sudah tidak lagi menganggap dunia sebagai perantara/wasilah, tetapi sebagai tujuan. Jadi, karena orientasi inilah korupsi terjadi. Karena itu, kalau ada kesempatan, walaupun tidak ada niat, tidak akan terjadi, dan niat ini, melalui orientasi niat dia semata terhadap dunia.
Dan memang, penyakit cinta dunia (hubb al-dunya) itulah salah satu sumber kehancuran utama umat Islam. Rasulullah saw bersabda: “Apabila umatku sudah mengagungkan dunia maka akan dicabutlah kehebatan Islam; dan apabila mereka meninggalkan aktivitas amar ma'ruf nahi munkar, maka akan diharamkan keberkahan wahyu; dan apabila umatku saling mencaci, maka jatuhlah mereka dalam pandangan Allah.” (HR Hakim dan Tirmidzi).
Orientasi dunia ini dipertebal dengan orientasi yang begitu simbolik atas keberagaman kita. Terlihat situasi sekarang yang berkembang adalah bahwa kita beragama lebih bersifat simbolik, atau tidak substansial. Bahasa simbolik itu kita katakan ‘daging’. Semua ini bagian kecil saja dari hal yang meliputi problem kita tentang korupsi.
Tampaknya, keberagaman kita sudah jatuh pada yang sifatnya daging-daging saja. Saat ini, saya kira kita menyaksikan orang jihad fi sabilillah untuk mengegolkan pelajaran agama dimasukkan dalam sekolah-sekolah formal, mulai TK sampai perguruan tinggi.
Tetapi, mereka sama sekali tidak melihat pelajarannya itu seperti apa. Padahal, ujiannya hanya seperti berapakah rukun shalat? Kalau jawaban angkanya benar, lulus begitu saja, entah soal paham makna shalat atau tidak, tidak menjadi masalah. Jadi, daging semua. Sekarang ini, substansial/ruh itu sudah semakin jauh, karena kita sudah ke daging dan daging. Jadi, kalau kita ingin mengembangkan gerakan anti korupsi, kita tidak boleh terjebak pada gerakan anti korupsi yang sifatnya ‘daging’nya saja. Sejak awal, kita juga harus mulai melihat dari akarnya, hingga menghentikan korupsi waktu dan lain sebagainya.
Melihat kondisi yang sudah carut marut demikian, seringkali kita hanya bisa menaruh harapan pada yang muda.
Memang, harapan kita tinggal anak-anak muda dan para calon ulama-ulama yang muda juga. Kita ini sudah jauh dari nilai-nilai kita sendiri. Bagaimana kita mau melawan kebusukan-kebusukan dan semua yang korupsi, kalau kita sendiri tidak tahu bahwa kita ini busuk atau tidak? Jadi, harapan memang pada yang muda. Karena, yang muda-muda ini relatif belum tercemari model pendidikan hubb al-dunya itu dan masih dapat menjaga diri mereka. Merekalah kini memang yang mengerti ‘aturan’ itu, juga yang sebenarnya faham al Quran.
Selain modal sikap ‘tidak serba dunia’ ini, penting pula mereka yang muda ini faham juga masalahnya, asal-usul korupsi itu apa, dan kalau kita mau melawan dengan model seperti apa.
Sebagaimana Al-Quran menjelaskan :
....... وَوَيْلٌ لِّلْكَافِرِيْنَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ (2) اَلَّذِيْنَ يَسْتَحِبُّوْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْأَخِرَةِ .......
2. …….. Dan kecelakaan bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih,
3. (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat,…….
Dalam surah lain juga di sebutkan:
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ صَارَ النَّبَاتُ هَشِيْمًا يَابِسًا مُتَفَرِّقًا تَذْرُوْهُ تَنْشِيْرُهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللهُ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ مُّقْتَدِرًا
45. Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam hadits nabi di katakan:
إِنَّ اللهَ يَعْطِى الدُّنْيَا بِعَمَلِ الْأَخِرَةِ , وَلَا يَعْطِى الْأَخِرَةَ بِعَمَلِ الدُّنْيَا
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT memberikan kenikmatan duniawi ini untuk melakukan perbuatan yang bisa membawa manfaat di akhirat(niat ikhlas menggapai ridlo-Nya), dan tidak akan diberikan pahala akhirat apabila perbuatan yang kita lakukan karena dunia (mengharap kepada selain Allah SWT)”
Dalam surat Al-‘Ankabut ayat 64 diuraikan:
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَهْوٌ وَّلَعِبٌ وَّإِنَّ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
64. Dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Manusia di akhir zaman sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW ibarat buih yang terapung dalam air. Jumlahnya yang banyak akan tetapi kualitasnya rendah. Manusia lemah kerana kelemahan jiwa mereka lantaran dibelenggu dua penyakit iaitu hubbu al-dunya (cintakan dunia) dan karahiyah al-maut (bencikan mati).
Apabila rasa cinta terhadap dunia merajai hati, apa jua tindak-tanduk yang dibuat hanya bertujuan keuntungan dunia yang fana semata-mata. Manusia menjadi silau dengan keindahan dan kemewahan dunia yang sementara. Islam diukur berasaskan material. Nilai keikhlasan dan daya juang makin terkikis dalam diri. Segala kerja dakwah yang disumbangkan karena mengharap pujian atau mengharapkan kenaikan pangkat.
Tiada lagi timbul kesedaran dalam diri bahwa tugas dakwah adalah amanah dan kewajiban yang akan dipersoalkan di hadapan Allah kelak, baik ditunaikan atau diabaikan?Sanggupkah kita memberikan jawaban kepada Allah Yang MahaKuasa di hari akhirat, bahwa kita tidak dapat menunaikan amanah itu kerana tiada balasan uang ringgit? Sanggupkah?
Kerana cintakan dunia, manusia meminggirkan hukum.Harta diburu tanpa melihat halal atau haramnya.Tidak peduli rezeki barokah atau tidak, yang penting kemauan dan nafsu dapat terpenuhi.
Bencikan kematian? Mengapa harus takut? Ia pasti datang menjemput kita.Usah kita menjadi seperti sebagian kaum Yahudi yang tidak pernah bercita-cita untuk mati malah memohon supaya dihidupkan lebih lama lagi kerana mereka risau tentang pembalasan Allah terhadap dosa-dosa yang dilakukan :
“Dan sudah tentu mereka tidak akan mencita-citakan mati itu selama-lamanya, Dengan sebab dosa-dosa Yang telah mereka lakukan; dan Allah sentiasa mengetahui akan orang-orang Yang zalim itu.”(Al-Baqarah : ayat 95).
Untuk apa memohon dipanjangkan usia andai sekadar untuk dipenuhi dengan maksiat dan kejahatan semata yang bakal mengundang kemurkaan Allah? Biarlah usia kita singkat, namun hidup kita penuh limpahan kasih sayang-Nya.
Penghujung kepada kehidupan dunia adalah kiamat. Kiamat harus diyakini. Terlalu banyak surah-surah di dalam Al-Quran yang menjelaskan persoalan kiamat, seperti Surah As-Sa’ah, Al-Qariah, Al-Haqqah, Al-Zalzalah dan sebagainya. Tidak cukup dengan penerangan di dalam Al-Quran, kajian astronomi turut membenarkan kandungan Al-Quran berhubung hakikat kiamat ini melalui teori bahawa semua benda pasti akan binasa. Tiada satu pun yang kekal, segalanya akan rusak dan musnah. Ini semua adalah Pertanda alam juga cukup untuk menguatkan keyakinan tentang adanya kiamat. Peristiwa tsunami, gempa bumi, banjir, tragedi tanah runtuh dan sebagainya menjadi sebagian alamat untuk kita fikirkan tentang kiamat pasti akan terjadi.
Usah bertangguh. Bertaubatlah dengan sebenar-benar taubat dan serahkan segalanya kepada Allah :
“Wahai orang-orang Yang beriman! bertaubatlah kamu kepada Allah Dengan ” taubat Nasuha”, Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke Dalam syurga Yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, pada hari Allah tidak akan menghinakan Nabi dan orang-orang Yang beriman bersama-sama dengannya; cahaya (iman dan amal soleh) mereka, bergerak cepat di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka (semasa mereka berjalan); mereka berkata (ketika orang-orang munafik meraba-raba Dalam gelap-gelita): “Wahai Tuhan kami! sempurnakanlah bagi Kami cahaya kami, dan Limpahkanlah keampunan kepada kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”.(Surah At-Tahriim : ayat 8 )
Tingkatkan pelaburan amalan kita untuk dituai di alam akhirat.Kuatkan mujahadah menepis segala godaan dan bisikan syaitan yang cuba menjerumuskan kita ke lembah kehinaan. Supaya kehidupan kita di dunia ini, akan membawa manfaat esok di akhirat kelak. Sebagai pengakhir mari kita hayati firman Allah SWT dalam Surah Asy-Syu’ara’ 87-88 dan 89 :
وَلاَ تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَ (86) يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَّلاَ بَنُوْنَ (87) إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ (89)
“Dan janganlah Engkau hinakan daku pada hari makhluk-makhluk dibangkitkan hidup semula. Hari yang padanya harta benda dan anak pinak tidak dapat memberikan pertolongan sedikit pun, kecuali orang-orang yang menghadap kepada-Nya dengan hati yang bersih (lurus) “.
Ibnu Dahlan El-Madary
Alam Meduri, Pexal :06122011:05.00PM
Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aalihi

1 komentar: